PatiToday.com, Pati – Koordinator Pati Cinta Damai, Tirto, menyampaikan kedatangan mereka ke Polresta Pati adalah untuk menanyakan keberadaan posko di alun-alun Kabupaten Pati. Posko tersebut, yang dirancang oleh Aliansi Masyarakat Pati Bersatu, kini menjadi sorotan. Senin, 22/9/2025.
"Alhamdulillah, sudah ada jawaban dari pihak Kapolresta, yaitu batas akhir tanggal 13 Oktober 2025. Ini merupakan jawaban yang bagus sekali, mudah-mudahan bisa direalisasikan dengan tindakan," ujar Tirto. Ia menambahkan, jika posko tersebut masih berada di alun-alun Pati hingga tanggal yang ditentukan, pihaknya akan merasa keberatan. "Kita menggunakan istilah namanya Civil Society kekuatan kita, terima kasih," tegasnya.
Sementara itu, Yayak Gundul menyampaikan bahwa kedatangannya ke Polresta Pati bukan merupakan sebuah janji temu, melainkan hanya kebetulan. Ia dan gerbongnya merasa keberatan dengan kegiatan posko yang dinilai sudah melenceng dari tujuan awal.
"Kalau dia ngawal Pansus, harusnya tidak di situ. Tapi okelah, karena kapolseknya baik, goresan mendukung gerakan masyarakat, oke nggak apa-apa, tetapi tolong kegiatannya jangan melenceng. Contoh, di situ tersinyalir dipakai untuk minuman beralkohol, terus akhirnya joget-joget, terus apa namanya, nyanyi-nyanyi musik sampai malam. Ini sudah melenceng dari tujuan utama, yaitu pengawalan posko pengawalan H market Pansus," ungkap Yayak Gundul.
Yayak juga menambahkan bahwa ia berencana untuk bertemu dan mengevaluasi hal ini. Ia juga menyoroti tim intel yang menurutnya akan menjadi bumerang jika melarang kegiatan tersebut. "Mohon teman-teman yang di foto ataupun termasuk tersinyalir ibu-ibu sama anak-anak kecil di situ, di bawah umur, maksudnya hukum itu masih berlaku di Pati. Ayo percayakan hukum, hukum adalah di kepolisian. Kepolisian sama Pansus DPRD kita ini hanya mengawal, mengawal enggak harus ribut-ribut, kan gitu ya," imbuhnya.
Lebih lanjut, Yayak mengaku telah melakukan survei di sekitar alun-alun, termasuk di masjid dan beberapa tempat lainnya. Ia menyebutkan bahwa beberapa warga takut untuk mendekati posko tersebut. "Kita akan usahakan itu ada bukti otentik, kita foto apa namanya botol-botol bekas minuman itu atau seperti apa. Kemarin juga Mas Husein juga menghubungi saya ingin juga membantu. Artinya apa? Ayo bareng ya, kita akan kerahkan apa-apa yang bisa itu dipakai untuk kebenaran, bukan untuk menghakimi. Bukannya ini seolah kalau kita mau apa tidak setuju sama botol, soalnya kita menghakimi, ini yang salah besar. Kita hanya ingin mengembalikan kepada itu pin sadar bahwa dia lurus ojo belok-belok anu minum-minuman terus belok ya," jelasnya.
Yayak juga berencana untuk berdiskusi dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat agar ikut serta dalam menyelesaikan masalah ini. "Karena Pati dan terutama alun-alun itu bukan milik mereka sendiri, bukan milik saya sendiri, milik bersama, termasuk tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat pada dasarnya," pungkasnya.
Tirto menambahkan bahwa pihaknya akan merasa keberatan jika posko tersebut melenceng dari makna dan kaidah pendiriannya. "Karena apa? Tadi biar Damai Cinta, biar investor luar negeri atau investor dari mana tidak ada hal-hal neko-neko, tidak musuh, istilahnya itu adalah," tutupnya. (Aris)